Monday, October 29, 2012

Liburan versi koper di Phuket - Day 2 Jungceylon Bangla Road

Sabtu, 29 September 2012 Malam

Tibai di Apartemen, aku langsung berlari ke kamar mandi untuk mencuci kaki yang dipenuhi pasir. Lalu merebahkan tubuh membiarkan teman-temanku bergantian mandi. Efek Speedboat perjalanan tadi siang mulai membuat migran. 

Setengah jam lebih tidur ayam aku memasuki kamar mandi. Air hangat yang membasahi rambut menyegarkan kepalaku. Dan yang muncul sekarang adalah lapaaaaa. :-) :-) :-)

Kami pun turun dari apartemen untuk mencari makan plus oleh-oleh. Tujuan pertama kami adalah Jungceylon Mall yang menurut peta hanya berjarak 10 menit jalan kaki. Kami pun melangkah ringan meniti trotoar. 10 menit berjalan, mall yang kami tuju belum juga terlihat.

Aku jadi ingat saat aku berada di Hongkong mencari Kowloon Ferry Terminal untuk melanjutkan perjalanan ke Macau. Dari penjelasan yang diberikan pusat informasi mall walau dengan english versi terbatas, Kowloon Pier berada di next building by 10 minutes walking. Dengan patokan kalimat 10 minutes walking, aku yang masih memiliki waktu 30 menit untuk menaiki Ferry terakhir menuju Macau melangkah putri solo menyusuri mall sambil window Shopping. Tapi apa yang terjadi setelah aku keluar dari mall, building Ferry yang aku cari tidak ada. Panik... Akupun terus melangkah cepat dari building satu ke building lain. Dan ternyata saudara-saudara, Next building itu artinya 10 gedung lebih dari mall dan 10 minutes walking itu adalah jalan kaki versi sprinter untuk orang Indonesia.. 

So, sekarang aku sangat paham mengapa Hongkong itu sangat maju dibandingkan Indonesia.:-)

Lets get back to Phuket. 10 menit berjalan sesuai petunjuk, kami belum menemukan Jungceylon. Tapi karena kami tidak berburu dengan waktu kami tetap melangkah keong. Ditambah lampu-lampu semarak dan pertokoan yang bertebaran sepanjang jalan makin memperlahan langkah. Yuph, Welcome to Bangla Road pusat belanja di Patong. Perut yang lapar membuat kami hanya melirik pertokoan itu. Foodcourt Jungceylon tutup 8.30pm sedang Bangla akan buka sampai midnight apalagi ini malam minggu. Setelah 25 menit melangkah ala keong lagi ngobrol ama kura-kura mall pun muncul. Kami langsung turun ke lantai dasar tempat foodcourt berada dan disambut barang-barang lucu yang super duper menggoda dompet. Makaaaan... Teriakku membulatkan tekad dilambung. 

Foodcourt di Jungceylon sama seperti foodcourt di MBK atau Bukit Bintang yang menerima pembayaran dengan kartu. Setelah membeli kartu dengan saldo ฿200, aku dan Rahmah memilih Udang Tempura goreng porsi jumbo ฿150 plus 2 botol air mineral ฿50 disalah satu gerai yang bertuliskan halal sebagai makan malam kami. Sang penjual adalah muslim Phuket dan mengenakan jilbab. Dikarenakan total belanja dan saldoku impas kartu yang tadi kubeli tidak dikembalikan. Sang penjual berkata "Finit" membuatku terbengong heran. Sambil menunggu pesanan aku terus memikirkan kata-kata si Ibu. Setelah 5 menit aku baru sadar maksud si Ibu adalah Finish. 


That a story behind this "S" & "T" before... Dulu pernah ada buyerku yang juga berasal dari Thailand meminta diambilkan sample sepatu tapi dengan logat English Thailand.
"Melly, I need temple." Itu yang kudengar. Aku mengangguk tak pasti tapi tidak beranjak dari hadapannya. 
"Something wrong?" Tanyanya lagi. Aku mengangguk.
"I dont know where is the closest Budha Temple at Tangerang. I only know Borobudur." Jawabku asal. Sang buyer bengong mendengar jawabanku. Sejurus kemudian dia tertawa ngakak bebas dan aku masih mematung dengan muka dipolos-polosin. 
"I am sorry, Melly. Pls bring me sample shoe." Ujarnya dengan pronounciation sempurna. Kami ngakak bareng. Lets forget finit. :-)  

Sang udang sampai setelah 15 menit karena antrian yg mengular. Lagi, lagi dan lagi yang menyebabkan antri adalah WNI. Yuph its the only resto with halal sign. Dan ingat, Phuket adalah bagian dari Indonesia :-) Dan ternyata, sangkin enaknya sang udang membuat kami memesan 1 porsi lagi untuk bertiga.. Aku kembali membeli kartu seharga ฿ 160, karena masih sisa ฿10 si Ibu mengembalikan kartu tanpa kata finit.. Not moveon yet :-)
Laper
Dan sekarang waktunya menghabiskan uang... :) Dikarenakan Jungceylon sudah mau tutup kami langsung menuju Bangla. Seperti yang kubaca dari blog ke blog, Bangla Road adalah pasar dengan harga mall. And yuph.. Itu sangat benar. Kaos-kaos "I Love Phuket" dijual seharga ฿150 - 250, dengan kualitas Rp 15rb di Tanah Abang. Begitu juga Pasmina dibandrok ฿200 yang hanya 3 buah 50rb di Mangdu :-). Jangan ditanya gantungan kunci, di Bangkok Gajah-gajah itu biasa di bandrol 6 bh ฿100 tapi disini ฿100 untuk 1 buah saja. Selera belanjaku langsung turun. Mengingat November nanti aku akan kembali menginjak Bangkok, akhirnya aku hanya beli pasmina sutra warna rainbow (mumpung lagi trend) dengan corak gajah2x kecil seharga ฿150. Itu juga kami tawar dengan penuh perjuangan dan disetujui karena kami beli diatas 10 buah. Jam 23.30 kami sampai di apartemen dan langsung pergi tidur. Alarm tidak disetel hari ini karena City Tour dimulai jam 10am. Cita-cita sederhana bangun siang disetiap hari Minggu terkabul. :-)


Pengeluaran hari ke 2
  • *Photo Phi Phi ฿125 
  • *Tenda Khai Nai ฿150 / 3 org jadi ฿50
  • *Kelapa Muda Khai Nai ฿75
  • *Dinner di Jungceylon ฿150
  • *Pasmina 5 bh x ฿150 = ฿750
Total pengeluaran hari kedua = ฿1150 x Rp 320,- = Rp 368.000,-

No comments:

Post a Comment