Wednesday, April 29, 2015

Day 5th - Mengejar Sakura Japan Trip - Takayama - Shirakawa-Go



Rintik hujan membasahi Takayama pagi ini. Aku terkejut melihat sarung tangan, kaos kaki, jaket lengkap melekat ditubuhku saat aku membuka selimut. Dingin Takayama yang terlalu membuat aku tidak ingat kapan memakai perlengkapan ini hehehe๐Ÿ˜‚

Hari ini kami berencana ke Shirakawago dengan memakai jasa J-hooper Tour yang sudah kami booking via online. Tour dijadwalkan jam 13.30 siang dikarenakan full book untuk pagi hari. Kamipun memutuskan untuk mengexplor  Takayama dengan jalan kaki sebelum pergi tour. Berbekal peta dari Tomoko kami mulai mencari spot-spot cantik yang direkomendasikannya. Tapi apa daya, kami bukan sang ahli dalam membaca peta, tempat yang pertama kami temukan bukan spot cantik tapi spot terlalu cantik ๐Ÿ˜๐Ÿ˜™ Yuph, sebuah jalan yang tidak terlalu lengang dengan toko-toko souvenir berdiri dikanan-kirinya. Yen-yen berlebih itu berteriak-teriak minta dibelanjakan. Yuph, lets forget the map and shop till you drop! Hahaha๐Ÿ’ธ

Jalanan Pertokoan Takayama









Dikarenakan kami adalah backpaker yang malas searching sebelum berangkat dan juga malas bertanya tentang spot-spot belanja,  kami tidak menemukan banyak tempat oleh-oleh selama kami berkeliling Tokyo dan Osaka. Jadi kami menganggap Takayama adalah surganya souvenir, makanan juga pernak-pernik murah dan lucu. Aku sangat-sangat menyesal karena tergiur dengan kata Daiso 100 Yen sehingga tidak membeli banyak disini, tapi bila suatu hari nanti aku diizinkan kembali ke Jepang, aku pasti akan kembali memasukkan Takayama sebagai destinasi untuk Shopping ๐Ÿ˜Š

Salah satu souvenir terkenal dari Takayama adalah Sarubobo (ใ• ใ‚‹ ใผ ใผ) Sebuah jimat boneka berbentuk manusia merah, tanpa fitur wajah, dibuat dalam berbagai ukuran. Secara tradisional, sarubobos dibuat oleh nenek untuk cucu mereka sebagai boneka, dan untuk anak perempuan mereka sebagai jimat agar pernikahan tetap langgeng, mendapat anak2 yg baik dan menjadi pasangan yang bahagia.

Saat ini Sarubobo dibuat dalam berbagai macam warna, yang melambangkan berbagai keinginan sebagai berikut :
  • Biru sarubobo - untuk keberuntungan dalam belajar dan bekerja
  • Merah muda sarubobo - untuk keberuntungan cinta
  • Hijau sarubobo - untuk keberuntungan dalam kesehatan
  • Kuning sarubobo - untuk keberuntungan uang
  • Hitam sarubobo - untuk menghapus nasib buruk



Red Sarubobo

Dan eng-ing-eng..... Walau kami bertahan, berusaha dan berdoa, apa daya... Sebagai real womens, rasanya ada yang kurang kalau tangan tidak dipenuhi dengan tentengan ๐Ÿ˜†

Yeni dan Hermin akhirnya kembali ke hostel untuk meletakkan belanjaan sedang aku dan Rahmah ke stasiun untuk membooking reserved seat menuju Osaka besok pagi.

Tepat Jam 13.30 Bus berwarna merah yang akan membawa kami ke Shirakawago tiba, Sang guide, Yuki dengan ramah menjelaskan tentang Desa Shirakawa yang masuk salah satu situs Warisan Dunia. Didesa ini kita bisa melihat banyak rumah tradisional Jepang bernama Gassho, yang dicirikan dengan atap jerami yang curam, menyerupai dua tangan yang tergabung seperti sedang berdoa. 
Desa Shirakawa juga merupakan tempat yang paling banyak menerima hujan salju di Jepang. Dan itulah tujuan utama kami kesini, bukan lagi mengejar Sakura tapi Salju..ju..ju.. ๐Ÿ˜‚๐Ÿค—

Berdasarkan informasi dari Yuki, tadi pagi Shirakawago dilanda hujan cukup lebat sehingga kabut menutupi semua tempat. Tapi syukurlah, siang ini kabut mulai menipis sedang gerimis masih turun malu2. Semakin mendekati Shirakawa, tumpukan salju makin menebal dikiri kanan jalan. Kami yang dari negara tropis, terlihat paling heboh diantara para peserta lain. Untung saat perjalanan dimulai, Yuki meminta seluruh peserta untuk mengenalkan diri. Jadi seisi bis mau tak mau harus memaklumi kenorakan kami.. ๐Ÿ˜†


Salju diperjalanan
Semakin mendekati Shirakawago salju semakin dan semakin tebal. Saat bis merapat di pemberhentian pertama Ogimachi-Jyoshi (the Observation platform) Udara panas didalam bis berganti dengan hujan super dingin diluar. Kupakai hodie di winter coat dan berjalan menuju Ogimachi. Keinginan untuk menyentuh salju  mengalahkan seluruh rasa dingin. Kami berjalan menaiki batu-batu dan melihat keindahan dibalik kabut. Satu kalimat "Lets Narcis" ๐Ÿ“ท๐Ÿ˜†
Yuph, Its Ice and Rain.... Brrrrr...๐ŸŒง⛆
Penampakan harapan -Shirakawa from Ogimachi ๐Ÿ˜
Penampakan Kenyataan - Berkabut
Harapan or Kenyataan pokoke Narcis ๐Ÿ“ท๐Ÿ˜†
When my hand meet diamond๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š Norak๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

Lima menit kemudian kami diminta kembali ke Bis untuk melanjutkan perjalanan ke Desa Shirakawa. Sampai diparkiran Yuki memperbolehkan kami mengeksplor sendiri Shirakawa Village tanpa guide selama dua jam.. Kami yang mudah terpesona hanya pada satu tempat ini tersenyum sumringgah bahagia. Yuph, mari lowbatkan kamera dan bisa narcis sesuka hati tanpa perlu dicari-cari sang guide (Greatwall memories ๐Ÿ˜œ)

Dan inilah keseruan kami di Shirakawago๐Ÿ“ท

Serasa anak hilang di salju







Dan ternyata saudara-saudara, waktu 2 jam untuk explore itu seratus persen kurang. Walau gerimis deras yang dingin menembus winter jacket tapi waktu tetap terasa kurang. Kami harus meninggalkan Shirakawa, mau dan wajib mau berpisah dengan salju dan kembali ke Takayama. Bis berbalik arah dan melaju sedang. Tepat di jam 17.30 kami tiba lagi di Takayama.

Bye-bye Shirakawago, I'll come back again someday to feel the Gassho house with different season. ๐Ÿ‘‹


Biaya hari ke 5 :)
Lunch & Dinner = 800 x 11 = 88000.-

Monday, April 20, 2015

Day 4th - Mengejar Sakura Japan Trip - Ueno - Tokyo Tower - Takayama

Aku sudah packing dari tadi malam dan tidur dengan nyenyak setelah berendam hampir 1,5 jam dalam air hangat bersama bubuk aromaterapi rasa Apel yang disediakan hotel. Jadi pagi ini aku memutuskan untuk bangun siang dan leha-leha๐Ÿ˜Š


Kami keluar dari kamar tepat jam 8 lengkap dengan koper. Tenaga yang terkuras membuat koper yang tidak bertambah sedikitpun isinya menjadi semakin berat. Aku baru sadar kalau aku menghilangkan satu kunci kamar hotel. Yah, mau tidak mau aku harus bersiap mengganti kerugian tersebut. Setelah selesai sarapan aku menyerahkan kunci dan menceritakan soal kehilangan kunci. Sang resepsionis hanya menjawab "Its Ok, Arigato." tanpa menceking apakah aku mencuri sesuatu dari hotel dan tidak mengenakan biaya penggantian sedikitipun. Wow.. Kalo tau gw bawa pulang tuh baju tidur.. hahahaha

Sampai di Stasiun Tokyo kami segera mencari locker rent karena kami malas kembali ke hotel dan menaiki tangga-tangga itu. Lagian kami juga berencana ke Takayama dengan Shinkansen sore ini.

Biaya penyewaan loker dimulai dari 300 -700 yen, tergantung besar kecilnya loker. Aku mengambil ukuran medium seharga 500 Yen. How to use it. Berbeda-beda tergantung bentuk lokernya. Tapi ada petunjuk dalam bahasa Inggris dan kita akan dengan muda mengerti. Untuk membuka locker di Tokyo kami harus menggunakan pass code yang akan muncul bersamaan dengan struk setelah kita berhasil membayar, sedangkan di Osaka kami menggunakan kunci untuk membukanya.

Contoh locker rental
Setelah selesai ukuran locker aku mendatangi JR Ticket Office untuk membeli reserved ticket menuju Takayama. Tapi yang terjadi petugas yang kami datangi tidak mengerti bahasa Inggris. Akhirnya aku keluar lagi mencari Jr Information dan meminta dia menuliskan tujuan kami dalam bahasa Jepang lengkap dengan Jam dan line trainnya agar pihak tiketing mengerti. Dan lucunya saat kembali kedalam Jr Tiket kami justru mendapatkan pegawai yang mengerti bahasa Inggris.. Hahaha..

Petunjuk di Jr Office. Dont worry, ada huruf latin koq ๐Ÿ˜†
Kami pun membooking reserved seat Shinkasen Hikari 477 dari Tokyo menuju Nagoya di Jam 15.03pm dan LTD Express Hida 17 dari Nagoya ke Takayama di Jam 17.43pm. Total biaya untuk Reserved seat ini adalah 16.910 Yen atau lebih dari 1.9juta sedang untuk pengguna Jr Pass seperti kami adalah free alias gratis hahahaha..

Selesai urusan tiket kami pun melangkah menuju Ueno Park yang termasyur itu. Dan tragedipun dimulai sesaat setelah kami melihat papan petunjuk bertuliskan Ueno Park. Semua orang tumpah ruwah disana. Penuuuuuh.. Entah darimana mereka datang, karena saat kami keluar dari kereta tidak terlalu banyak orang. Bahkan petugas sampai memutar-mutar antrian agar pengunjung tidak berdesak-desakan. Dan kamipun mengikuti antrian tersebut yang ternyata adalah antrian orang-orang dengan machine tiket. Sedang antrian untuk pengguna Jr Pass sunyi sepi senyap. Kami pun menyelap-nyelip diantara para antrian untuk mencapai Jr Pass tiket dan berhasil keluar dengan selamat.

Sampai di Ueno Park, Sakura yang kami temui berwarna sama dengan Sakura yang ada di Kayabacho maupun Yoyogi. Bukan Pink tapi light pink alias white to pink. Melihat penuhnya area taman membuat jiwa mengexplore taman ini hilang. Toh, kalau kami photo warnanya tetap putih dan putih saja. Kami hanya sejenak mengabadikan diri dalam kamera lalu memutuskan untuk ke Tokyo Sky Tree

Ueno Park yang rimbun dan ramai
Dari Ueno kami mencari Asakusa Line dan menuju Oshiage tempat di mana Tokyo Sky Tower berada.. Tapi ternyata Tokyo Sky Tree yang kami lihat dari loby sebuah mall bernama Tokyo Solamachi sangat sombong. Sangat susah menemukan angle yang tepat untuk berphoto.

View From Solamachi lobby
Akhirnya kami menghabiskan waktu dengan shopping di Tokyo Solamachi. Tapi hasil belanja tetap nihil. Barang-barang yang kami inginkan diluar harapan. Akhirnya kami keluar dan mencari jalan menuju Tokyo, ditambah lagi, jam sudah menunjukkan pukul 2pm hampir mendekati jam keberangkatan kami ke Nagoya. Kamipun membeli tiket seharga 200 Yen Sampai tokyo. Tapi saat keluar dari kereta kami melihat tulisan JR Stasiun dan kami mengikuti jalan tersebut. Terus menerus mengikuti petunjuk dan berhasil keluar sehingga aku bisa menyimpan satu tiket subway sebagai kenangan. Hahahahaa

Sampai di stasiun Tokyo kami langsung mengambil koper dan menuju Line 16 dan Car 11 tempat Shinkasen Hikari 477 yang akan membawa kami ke Nagoya berada. Aku sengaja datang lebih awal karena ingin melihat petugas kebersihan Shinkasen yang sangat terkenal itu. Mereka mampu membersihkan kereta hanya dalam waktu 7 menit disetiap pemberhentian. Dan apabila sudah selesai membersihkan mereka akan berdiri berjajar didepan kereta dan memberi hormat. Sayang aku tidak mendapatkan pemandangan itu. Karena ternyata aku terlambat sampai dan saat mereka selesai hanya ada satu orang petugas kebersihan yang menunduk menyambut kami. 

Reserved Seat Tokyo Nagoya
Wujud Shinkasen
Tepat pukul 15.03pm Shinkasen Hikari 477 melaju dan akan sampai dalam waktu 126 menit di Nagoya. Perasaan saat pertama kali naik bullet train, biasa saja๐Ÿ˜† hahaha sombong kambuh✌Aku masih bisa melihat rumah-rumah laut dan pohon-pohon. Sebenarnya ada kereta yang lebih cepat daripada Shinkasen Hikari yaitu Nozomi. Tapi Jr Pass tidak berlaku untuk kereta ini. Hiks๐Ÿ˜ญ

Kita dizinkan untuk makan dan minum didalam kereta tapi harus membawa sendiri sampah saat keluar dari kereta. Sesampainya di Nagoya kami langsung mencari line 11 tempat LTD. EXP Wide View Hida 17 berada. Kami sengaja memberi jedah sekitar 40 menit karena kami takut tersesat. Tapi ternyata kami dapat menemukannya dalam waktu 10 menit. Kadang, keprepareran kami memang berlebihan, Hahaha. Line Hida 17 berada di alam terbuka sehingga angin dingin sore Nagoya terasa damai saat menyapa disela-sela bulu mata.. Aku terkantuk menunggu kereta๐Ÿ˜


Ltd Exp Hida 17 Train
Penumpang yang berada didalam reserved seat Car 1 kebanyakan bule. Hampir semua bule malah. Hanya tour guide dan kami yang berwajah Asia. Perjalanan dari Nagoya ke Takayama ditempuh dengan jarak 155 menit. Kereta berjalan biasa tapi pasti melewati rumah-rumah penduduk. Lalu menggelap dan malam. Aku tertidur.

Keluar dari kereta yang hangat kami disambut udara Takayama yang super menggigil. Aku merasa kulitku tetap ditelanjangi angin walau long john, kaos, jaket bahan wool sudah menutupku rapat. Kutarik Jaket wind breaker merah dari dalam tas dan tetap dingin. Aku berpikir untuk membongkar koper dan memakai winter coat. Tapi aku ingat, berdasarkan petunjuk J-Hopper Hida Takayama Guest House, hostel kami  2 malam ini hanya membutuhkan 3 menit jalan kaki dari Jr Stasiun Takayama. Aku pun membulatkan tekad menerabas dingin dan mencari hostel. Tapi kenyataannya berjalan diudara sangat dingin dengan kekuatan yang telah 3 hari terkuras tanpa mengetahui dimana letak yang dituju membuat perjalanan terasa sangat-sangat jauh. Untuk type backpacker malas seperti kami butuh sekitar 10 menit dari stasiun ke hostel  *jalan gaya keong๐Ÿš lagi curhat ma kura-kura๐Ÿข๐Ÿ˜†

Nyawaku berkumpul kembali saat pintu hostel kutemukan dan udara hangat berlomba-lomba menyentuh kulitku๐Ÿ˜‹ Sang resepsionis Tomoko, menyambut kami dan menyatakan kalau biaya kamar sebesar Rp 2.136.296,- sudah di charge di kartu kredit. Aku hanya mengangguk dan menggerutu dalam hati. Alasanku memilih hostel ini karena ada bonus untuk tour ke Shirakawago apabila kita menginap disini. Untuk tournya sendiri sudah aku booking via online. Biaya tour yang seharusnya 4000 Yen, menjadi 3500 Yen. Tapi ternyata saudara-saudara dikarenakan kami menginap 2 hari disini kami mendapat tambahan bonus 300 Yen jadi kami cuma membayar 3200 Yen. Horeey..!!๐Ÿค—

Selesai urusan pembayaran, kami menaiki kamar yang berada di lantai 3. Kamar dengan 8 tempat tidur bergaya dorm ini penuh dengan para bule. Tempat tidur cukup empuk lengkap dengan selimut tebal dan heater.



Malam pertama di Takayama suhu udara 9°C dengan heater lupa dinyalakan. Oh God, aku menarik jaket dan meringkuk didalam selimut.

Sumpah Takayama, dinginmu terlalu. ๐Ÿ˜ข๐Ÿ˜”











Thursday, April 16, 2015

Day 3rd - Mengejar Sakura Japan Trip - Gunung Fuji - Shibuya

Senin, 30 Maret 2015



Pagi ini aku bangun karena suara tipi yang dinyalakan Hermin. Sumpeh swear sangat, aku ngantuk pake banget! Aku tetap meringkuk seperti anak kucing dan tidak perduli pada Hermin yang bergerak kesana kemari. Tepat jam 6.30 aku baru bergerak ke kamar mandi. Rencana hari ini kami akan ke Gunung Fuji dan lagi-lagi mencari sakura pink.

Tuesday, April 14, 2015

Day 2nd - Mengejar Sakura Japan Trip - Narita - Kayabacho - Odaiba



Minggu, 29 Maret 2015


Semburat sinar merah sang mentari  membangunkanku dari tidur yang jauh dari kata nyenyak. Its 05.30am. Diluar jendela yang terlihat hanya awan, awan dan awan. Beberapa saat kemudian lampu kabin menyala. Sang kapten menginformasikan bahwa saat ini suhu udara di Narita adalah 9°C dan kami akan mendarat di jam 08.00 pagi. 

Sesuai janji sang Kapten yang namanya Indonesia banget tapi logatnya Malaysia asli, kami mendarat dengan selamat di Narita International Airport Terminal 2 pada jam 08.00 yang berarti lebih cepat 30 menit dari jadwal. Saat keluar dari pesawat udara dingin langsung menyergap. Aku langsung melilit syal ke leher untuk menjauhi dingin. Kami diangkut dengan bis menuju terminal kedatangan, seketika setelah pintu bis ditutup udara dingin hilang dan berganti panas serta bau orang-orang yang belum mandi. (Mungkin bauku sendiri ๐Ÿ˜ท )

Monday, April 13, 2015

Day I - Mengejar Sakura Japan Trip - Cengkareng - Kuala Lumpur - Narita


Sabtu, 28 Maret 2015


Kami berangkat dari Cimone tepat jam 12.00 saing untuk mengejar flight jam 15.10 Jakarta - KL. Tepat jam 12.40 kami tiba di Terminal 3 Internasional Airport Soekarno Hatta tanpa ada macet sedikitpun. Kami pun langsung berjalan menuju baggage drop untuk menyerahan bagasi dan ternyata oh ternyata, bawaan kami yang isinya baju andalan untuk narsis itu melebihi kapasitas 40 kg yang kami booking via online. Mau tak mau apa dinyana, koper mbak Rahmah yang masih ukuran kabin dibawa kedalam pesawat.

Tepat jam 15.30 pesawat lepas landas ke Kuala Lumpur setelah delay 20 menit dikarenakan padatnya traffic udara di Soekarno Hatta yang sudah jadi makanan sehari-hari untuk flight sore apalagi weekend.