Seperti biasa kami keluar dari hotel jam 10.30, lalu mampir ke 7-11 dekat subway beli sarapan. Jadwal hari ini adalah keliling Seoul. Dan Haneul Park adalah tujuan pertama..
Sampai di parkiran tempat kami tersesat kemarin kami tetap tidak menemukan shuttle bus walau sudah berputar. Kami terus melangkah ke dalam parkiran dan jembatan biru berbunga jingga nan cantik muncul. Didepan jembatan terlihat tangga panjang menantang minta dinaiki.. Sebagai pencinta ojek online, aku tersenyum bye-bye ke 291 tangga itu dan terus berjalan kearah shuttle bus. Loketnya berdiri tegak disebelah kanan dari ujung jembatan. Harga 3000 Won.
Turun dari shuttle hamparan ilalang cantik tertata rapi dalam kotak-kotak kandang kawat. Kesan cantik nan romatis makin terasa saat daun ilalang yang tinggi bergoyang ditiup angin musim gugur.
Beautiful Blue Pedestrian Bridge
Ketemu Harabeoji yang mau motoin kita :D
ilalang-ilalang menghalangi pandangan (tariiik mang :D )
katanya sih takut ular.. eh malah mager cantik :D
Hasil Photo Haraboeji :)
Narcis di Three Bowl
Aku melihat jam berada di 1 pm saat
Mbak Yeni mengajak ke tempat lain, kami sudah berjanji untuk tidak betah disatu
tempat. Tapi pecuma, setiap menemukan pohon warna warni kami berhenti dan mulai jepret lagi. Hanya karena bentuknya beda kami lupa kalau itu tetap maple atau gingko 😁
Sampai di World Cup Stadium kami belok ke
Home Plus, mall yang menawarkan hampir 35000 produk. Lantai yang kami masuki
dipenuhi dengan pakaian, sepatu dan perlengkapan musim dingin. Karena kami
summer girls jadi kami hanya window shopping. Keluar dari Home Plus Mbak Yeni kabur
ke kedai kopi. Lalu mampir ke 7-11 yang berada didekat gate World Cup
Stasiun membeli makan siang. Yang menyenangkan dari Seoul adalah semua taman
dilengkapi tempat duduk. Menikmati secangkir coklat hangat dan dorayaki sambil
duduk didalam taman penuh pohon maple bikin perut pengen makan nasi padang 🙊
Selesai makan kami menuju Gwanghwamun Stasiun, sebelumnya transit di Gongdeok stasiun. Keluar dari Exit 2 kami langsung disuguhi patung King Sejong dan Admiral Yi Shun Shin yang dikelilingi oleh puluhan titik air mancur. Sayang, karena kami datang di bulan November, airnya tidak menyala.
Selesai makan kami menuju Gwanghwamun Stasiun, sebelumnya transit di Gongdeok stasiun. Keluar dari Exit 2 kami langsung disuguhi patung King Sejong dan Admiral Yi Shun Shin yang dikelilingi oleh puluhan titik air mancur. Sayang, karena kami datang di bulan November, airnya tidak menyala.
Gwanghwamun Square dibangun oleh Pemerintah Korea Selatan dengan mengurangi enam ruas jalan utama di tengah-tengah Sejong-ro. Jadi pasti lebar banget kan.. Tempat ini juga sering diadakan banyak event. Mulai dari pameran sampai demo. Saat kami datang ada banyak stand yang memajang photo-photo hitam putih korban dari tenggelamnya Kapal Sewol. Ada juga aksi penolakan kedatangan Donald Thrump, mereka bahkan melakukan parodi menggunakan lagu Gangnam Style.
Cheonggye Plaza titik awal Chenggyecheon Stream
Perjalanan dari Gyeongbokgung Palace ke Bukcheon memakan waktu hampir satu jam. Lama amat? Selain karena kami memiliki kaki hobit, trotoar Seoul yang lebar dikarpeti daun ginko dan maple yang berserakan membuat nyaman untuk berjalan kaki. Sepanjang jalan juga banyak turis-turis mengenakan Hanbok. Hanbok memang lebih cantik kalau diajak narcis di Bukcheon.
Sore yang mendekat membuat udara semakin dingin. Seperti biasa Mbak Yeni langsung belok mencari Americano. Karena dari pagi perutku cuma terisi roti, aku memilih nasi kare untuk early dinner hari ini. Selesai urusan perut kami langsung melangkah ke arah Bukcheon.
Sore yang mendekat membuat udara semakin dingin. Seperti biasa Mbak Yeni langsung belok mencari Americano. Karena dari pagi perutku cuma terisi roti, aku memilih nasi kare untuk early dinner hari ini. Selesai urusan perut kami langsung melangkah ke arah Bukcheon.
Kami yang tidak tau pasti letak Bukcheon Hanok Village yang selalu jadi promo di brosur-brosur travel tour terus bertanya pada petugas berbaju pink yang ada disetiap jalanan. Tapi jawaban mereka selalu meminta naik keatas.. Capek mencari kami mengikuti langkah 2 turis bule yang diantar seorang guide.
Mungkin karena sadar kalau kami ikuti salah seorang turis berbalik dan bertanya padaku
"Philippines ? " Aku menggeleng
"Indonesia." Jawabku..
"Woow.. Moslem ?" Kami mengangguk. "Assalammualaikum" Sapanya lagi. "Waalaikumsalam."Jawabku.
"Where am I from ?." Lanjutnya mengajak tebak2an. Tampang bulenya dengan rambut hitam dan hidung khas Asia Barat, membuatku berpikir dia dari India. Tapi logatnya sangat tidak India.
"Dubai, Turkey ?" Tebakku..
"No.. Iran..." Jawabnya mengejutkan. Lalu dia bercerita kalau dia sedang bisnis trip bersama temannya. Saat asyik bercerita aku melihat atap-atap Hanok dilatari semburat merah awan yang makin menggelap. Kami pun pamit karena Village yang kami cari sudah kami temukan.
Bukcheon Hanok Village adalah desa yang merupakan kawasan elite karena dulunya menjadi tempat tinggal para bangsawan dan pejabat dari Dinasti Joseon. Kita akan menemukan rumah tradisional Korea berderet rapi dengan atap kayu khas kota Seoul dimasa lalu diantara gang-gang sempit dan jalannya yang menanjak.
Rumah-rumah para bangsawan di pemukiman Bukchon Hanok Village ini masih terpelihara dengan baik dan dilindungi oleh pemerintah. Bahkan ada beberapa rumah dibuka untuk umum sehingga para wisatawan bisa merasakan kehidupan warga Korea sehari-hari. Namun yang perlu diperhatikan ketika berkunjung ke Bukchon ada beberapa hanok yang diberi peringatan tidak boleh berisik, itu artinya para wisatawan yang mengunjungi rumah tersebut masih tetap boleh foto-foto namun tidak boleh berisik, tidak boleh merokok, tidak boleh buang sampah sembarangan karena dapat mengganggu penghuni di dalamnya, selain itu wisatawan juga tidak boleh memegang properti rumah yang dikhawatirkan akan merusak atau mengotori properti tersebut.
Mungkin karena sadar kalau kami ikuti salah seorang turis berbalik dan bertanya padaku
"Philippines ? " Aku menggeleng
"Indonesia." Jawabku..
"Woow.. Moslem ?" Kami mengangguk. "Assalammualaikum" Sapanya lagi. "Waalaikumsalam."Jawabku.
"Where am I from ?." Lanjutnya mengajak tebak2an. Tampang bulenya dengan rambut hitam dan hidung khas Asia Barat, membuatku berpikir dia dari India. Tapi logatnya sangat tidak India.
"Dubai, Turkey ?" Tebakku..
"No.. Iran..." Jawabnya mengejutkan. Lalu dia bercerita kalau dia sedang bisnis trip bersama temannya. Saat asyik bercerita aku melihat atap-atap Hanok dilatari semburat merah awan yang makin menggelap. Kami pun pamit karena Village yang kami cari sudah kami temukan.
Bukcheon Hanok Village adalah desa yang merupakan kawasan elite karena dulunya menjadi tempat tinggal para bangsawan dan pejabat dari Dinasti Joseon. Kita akan menemukan rumah tradisional Korea berderet rapi dengan atap kayu khas kota Seoul dimasa lalu diantara gang-gang sempit dan jalannya yang menanjak.
Rumah-rumah para bangsawan di pemukiman Bukchon Hanok Village ini masih terpelihara dengan baik dan dilindungi oleh pemerintah. Bahkan ada beberapa rumah dibuka untuk umum sehingga para wisatawan bisa merasakan kehidupan warga Korea sehari-hari. Namun yang perlu diperhatikan ketika berkunjung ke Bukchon ada beberapa hanok yang diberi peringatan tidak boleh berisik, itu artinya para wisatawan yang mengunjungi rumah tersebut masih tetap boleh foto-foto namun tidak boleh berisik, tidak boleh merokok, tidak boleh buang sampah sembarangan karena dapat mengganggu penghuni di dalamnya, selain itu wisatawan juga tidak boleh memegang properti rumah yang dikhawatirkan akan merusak atau mengotori properti tersebut.
Turun dari Bukchon kami mampir ke toserba tradisional lalu membeli telur dan tauge yang sangat panjang batangnya untuk tambahan dinner. Kami juga memasuki toko yang berisi banyak oleh-oleh khas Korea. Gingseng, Rumput laut dan Rise Cake ikut antri di meja kasir.
Sebenarnya dari tempat oleh-oleh menuju hotel kami sangat dekat. Cukup berjalan 15 menit. Tapi dikarenakan suasana malam yang semakin dingin dan kami malas tersesat kami memutuskan pulang ke hotel naik dari Anguk Station.
Keluar dari Jongno3(sam)-ga kami berbelok ke 7-11 untuk menyapa sang Oppa penjaga toko. Aku mengambil nasi kimchi untuk diner malam ini. Lalu begegas ke hotel karena besok kami harus bangun pagi untuk mengantri ke Secret Garden.
No comments:
Post a Comment